Jumat, 22 Agustus 2008

Tak Ada Kata Terlambat Untuk Menulis
Oleh : Liza Wahyuninto

Kampanye menulis sedang gencar-gencarnya digalakkan akhir-akhir ini, baik dari individu penulis (ternama maupun pemula) sampai pada pengadaan pelatihan jurnalistik dan penulisan bertarap nasional. Endingnya tentu saja mengharapkan output dari pelatihan tersebut berhasil melahirkan penulis-penulis baru.
Kelahiran penulis-penulis baru ini memang selalu dinanti oleh masyarakat, terutama dari lingkungan akademisi yang dalam hal ini adalah siswa dan mahasiswa. Karena dari kaum akademisilah biasanya penulis-penulis sekaligus pemikir masa depan bangsa. Selama ini di Indonesia sudah banyak ditemukan penulis, namun tulisan yang berkualitas masih jarang ditemui.
Ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam mengawal kelahiran penulis-penulis baru yang nantinya akan kita nanti buah pikiran yang brilian dari mereka.
Menjadi Penulis Adalah Pilihan
Penulis tidak dilahirkan, itulah mottonya. Bahwa menulis bukanlah bakat yang dimiliki oleh orang-orang tertentu, tetapi menjadi penulis adalah proses dari terus berlatih untuk menulis. Penulis sama halnya dengan raja, ia tidak dilahirkan tapi dibentuk. Seorang raja harus melewati beberapa hal untuk kemudian dapat dinobatkan menjadi raja, pun demikian dengan penulis butuh proses yang tidak seperti membuat mie instan.
Namun penting untuk disadari bersama bahwa menjadi penulis adalah suatu pilihan hidup. Jadi tidak ada paksaan untuk menjadi atau tidak menjadi penulis. Menjadi penulis adalah tugas, jadi harus ditekuni dengan serius.
Tidak Ada Tokoh Dunia Yang Tak Menulis
Ya, tidak ada tokoh/pemikir dunia saat ini yang tidak menuliskan pemikirannya. Dari itu dapat disadari pentingnya menulis, yaitu selain sebagai cara menuangkan pemikiran juga ajang untuk berlatih menjadi tokoh besar.
Pentingnya menuliskan pemikiran karena kata yang terucap hanya akan selalu di simpan di dalam hati, akan tetapi tulisan akan tetap dibaca sepanjang zaman dan akan terus dituliskan ulang oleh generasi selanjutnya.
Memulai menulis, kiranya inilah kesulitan terbesar penulis-penulis pemula. Ada ketakutan yang luar biasa, ada rasa malas yang tak bisa dilawan, ada perasaan minder yang terus menghantui dan beribu perasaan yang dapat mengundur bahkan membatalkan kita untuk menjadi penulis.
Perlu disadari bahwa kita semua adalah penulis, hanya saja ada yang mengawali dan sebagian yang belum memulai. Penulis yang telah mengawali mereka bukan berarti lebih hebat dari kita melainkan lebih beruntung dari kita, mereka telah menemukan cara untuk menghindar dari catatan-catatan kecil yang menghambat mereka untuk menjadi penulis.
Yang belum menulis hingga saat ini adalah penulis yang tertunda. Untuk melepaskan diri dari sebutan itu adalah dengan memulai menulis. Dengan memulai menulis berarti kita telah mendeklarasikan diri sebagai penulis baru yang siap menyalip penulis-penulis sebelumnya. Ingat kendaraan untuk menuju kota tujuan telah beragam dan super canggih, tinggal bagaimana kita memilih kendaraan yang cepat dan tepat guna.
Beberapa hal perlu untuk diperhatikan dalam menjaga diri untuk tetap menulis, di antaranya;
Mulailah Menulis, Menulislah dan Teruslah Menulis
Kalimat ini perlu untuk ditanamkan di dalam hati dan kalau perlu penting untuk ditulis serta ditempel di tempat yang sering kita lihat agar sellau ingat dan menjadi alarm atau cambuk tersendiri bagi kita untuk tetap menjaga spirit menulis.
Menulis itu gampang, yang tidak gampang adalah menjaga agar diri tetap menulis. Malas adalah musuh utama dalam menulis. Musuh yang kedua adalah punya ide untuk menulis tapi tidak punya waktu dan keberanian untuk menuangkannya ke dalam tulisan.
Ciptakan Lingkungan Menulis
Cara yang paling tepat untuk menjaga spirit menulis adalah dengan menciptakan lingkungan menulis. Lingkungan penting bahkan harus diciptakan agar ada persaingan di dalamnya. Seseorang yang tak bisa menulis dan membaca sekalipun jika diletakkan di lingkungan penulis, maka ia pun akan menjadi penulis.
Kenapa mesti menciptakan lingkungan penulis, karena di dalamnya ada proses pembelajaran, diskusi, iri hati terhadap satu sama lain dan rasa diakui serta rasa tidak mudah puas. Kesemua hal itu harus ada dalam diri penulis, dan harus tetap dijaga keseimbangannya. Penulis yang baik adalah yang bisa mempengaruhi orang lain untuk ikut menjadi penulis.
Baca Artikel di Media Cetak, Pahami Karakter Tulisannya, Tanggapi Tulisannya, Menulislah untuk Media Cetak Tersebut
Kewajiban lain yang harus ada pada diri penulis yaitu membaca artikel/opini pada media cetak (koran, jurnal, majalah, buletin, dsb.), hal ini dinilai penting untuk menciptakan rasa iri hati dan menumbuhkan perasaan bahwa SAYA PUN BISA!
Membaca media cetak terutama koran berarti kita telah menemukan ide untuk menulis di koran tersebut, tinggal bagaimana memformat tulisan yang bagus untuk koran tersebut. Dan akan tiba saatnya kamu membaca tulisan kamu sendiri di dalamnya. Saat itu ucapkanlah kata SELAMAT dan rayakanlah!
Tulislah Tulisan Terbaikmu
Meskipun media cetak akan tetap menerima tulisan kita (baik/buruk), tetapi usahakanlah menulis dengan sebaik mungkin. Sebaik-baik tulisan adalah yang mempunyai data, dapat mempengaruhi orang lain, dapat melahirkan gagasan-gagasan baru dan memebrikan solusi yang tepat bagi permasalahan yang diangkat.
Penutup
Selamat, kamu telah mempunyai keberanian untuk menulis. Jangan ditunggu keberanian tersebut surut, tuliskanlah mulai sekarang apa yang hendak kamu sampaikan pada dunia. Pramoedya Ananta Toer telah memberi nasihat kepada kita, “Jika kamu bukan putra bangsawan, keturunan orang besar maka menulislah...”. Menulislah, terus menulis, dan tulislah!!!

Tidak ada komentar: